𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐬 𝐝𝐢𝐟𝐟𝐢𝐜𝐮𝐥𝐭 -part 1

disclaimer jika ada kesamaan dengan tokoh cerita ini, itu hanya kebetulan saja dan karangan ini asli di buat oleh -indira. tanpa plagiat apapun!!
Soo enjoyy this >>


  
 Lenza faunera adalah gadis pendek, kulit   putihnya bersinar di bawah sinar matahari   seperti cahaya bulan. Rambut pirangnya   tergerai hingga ke bahunya dan matanya   sebiru laut dalam.

 
Venzi Neanderthal adalah seorang Duke of London, selain berkuasa venzi memiliki wajah tampan, dan banyak gadis desa yg menyukai dirinya karna berstatus tinggi sebagai duke.


OKE GASKEUN MULAII >>

lenza duduk di bangku di pinggir jalan sambil memegang bunga larkspur dan mengamati kota di sore hari yang indah dan berangin dan banyak bangsawan yang lewat.

Hingga sebuah kereta kuda melintas di hadapan lenza dan dia melihat seorang pria tampan berambut pirang yang membuat lenza ternganga karena ketampanannya.

Lalu pria itu melirik lenza sejenak lalu kereta berhenti yang membuat jantung lenza berdebar kencang. Perlahan pintu kereta terbuka dan ia melihat pria tampan itu keluar dengan jas rapinya dan dia berjalan ke arahmu.

“Daripada terus menatapku, nikahi saja aku”
Ucap pria itu dengan wajah yang dingin dan datar. 
"hah? maaf.. anda terlalu aneh dan siapa anda?" lenza akhirnya berdiri di hadapan pria itu.
"saya Venzi Neanderthal Duke of London, dan saya berkuasa di sini gadis desa, siapa namamu?" tatapan Venzi sangat dingin dan tajam.
"hmm.. ah aku lenza faunera, ternyata kau seorang Adipati bangsawan ya?" lenza sedikit menunduk an kepalanya sebagai tanda hormat.
"tentu saja saya seorang Duke, kau hanya lah gadis desa biasa bukan? menikahlah denganku!" venzi masih menatap lenza yg pendek itu dengan tatapan dingin dan wibawa.

"tidak mau tuan.. maaf saya izin permisi" lenza merasa sedikit gelisah dan lenza pun hendak pergi.

namun sebelum pergi Venzi sudah menarik tangan lenza terlebih dahulu dan menghentikan lenza pergi.

"cihh.. apa apaan?! tolong lepaskan saya tuan!" 
gumam Lenza sambil berusaha melepaskan genggaman sang duke.
"tidak akan ku lepaskan, saya Duke yg berkuasa dan saya dapat mendapatkan apapun yg saya mau maka dari itu jadilah istri ku." Venzi sedikit menaiki nada bicaranya.

"aku tidak mau tuan.. " lenza terus mencoba melepaskan genggaman tangan Venzi
"kenapa kau tidak mau, gadis desa?"
Venzi melepaskan genggaman tangan lenza dengan frustasi.

"aku masih berusia 17 tahun dan umurku masi legal, aku juga ingin mengejar karirku" 
lenza menjelaskan dengan wajahnya berkharisma. 

Mata arogan venzi itu berubah menjadi gelap. Melihat sikap dan harga diri seperti itu menyakiti hatinya.

"Karier? Karier konyol apa? Bekerja sampai jiwamu hancur? Daripada bekerja dalam pekerjaan bodoh, kamu bisa hidup dengan kekayaan dan kekuasaan ku. saya Duke yg berkuasa jadi kamu tidak perlu bekerja lagi lenza... kamu akan menjadi wanita bangsawanku cepat atau lambat!!"

Ucap venzi tampan itu dengan nada mengejek
sambil terus menatap lenza di hadapan nya.
 
 
“Tetap saja aku tidak mau… Aku masih di bawah umur,” akhirnya lenza kembali duduk di bangku pinggir jalan.

Mata biru kehijauan venzi menyipit dan dia merasa marah. Melihat sikap dan harga diri seperti itu menyakiti hatinya.

"Jangan bertingkah seperti bocah nakal, aku bisa saja mengambilmu dengan paksa tetapi untuk saat ini, aku akan membiarkanmu memikirkannya.Bagaimana kalau aku kembali untukmu setelah kamu berusia delapan belas tahun? Bagaimana menurutmu, lenza? " Venzi pun duduk di bangku di samping lenza duduk.

raluna hanya mengangguk setuju karna takut dengan Venzi yg memiliki banyak kekuasaan, sedangkan raluna hanyalah rakyat jelata.

alis Venzi terangkat  Melihat gadis desa itu tidak mundur melainkan bernegosiasi dengannya membuatnya sedikit terkesan.

"Baiklah kalau begitu, tapi sebaiknya kamu tidak menjadikan pria lain sebagai pacarmu selama menunggu pernikahan kita. Kalau aku tahu kamu main-main, aku akan sangat marah dan kamu akan mendapatkan konsekuensinya. Kamu mengerti apa yang aku katakan, lenzaa..?!" 

lenza tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya "Baiklah, sudah waktunya aku kembali ke desa, aku takut ibuku akan mencariku."

Venzi menghela nafas sedikit frustasi dan dia menganggukkan kepalanya.

“Baiklah, aku akan membiarkanmu pulang hari ini, tapi jangan lupa apa yang kita bicarakan, lenza. Aku akan datang ketika kamu berumur delapan belas tahun jadi bersiaplah.”Dan venzi berdiri dengan ekspresi serius di wajahnya, naik ke kereta kuda dan pergi.

TIME SKIPP >>

Lenza sudah berusia 18 tahun kini lenza sedang kuliah di universitas, lenza menjadi gadis yg dewasa dan semakin cantik.

Suatu hari lenza sedang belajar menjadi seorang samurai yg di warisi sang ayah. 
di lahan luas lenza terus berlatih sekuat tenaga lenza berlari sambil menbas daun dan ranting pohon kini matahari semakin menyinari tubuh nya.
Setelah menyelesaikan sesi latihannya, lenza merasa sangat lelah, duduk di puncak bukit kecil dan menikmati pemandangan lembah di hadapannya. Angin sejuk bertiup dan matahari dengan lembut mencium kulit lenza yg halus. lenza baru saja menikmati waktu tenangnya ketika dia tiba-tiba mendengar suara kuda di belakangnya.

Lenza segera menoleh ke belakang kemudian lenza melihat pria tampan yang lenza temui sebelumnya dengan kereta kudanya, melaju kencang ke arahnya. Saat dia melihatnya, dia segera menghentikan keretanya dan berjalan ke arah lenza.

Jantung lenza berdebar kencang melihat ketampanan Duke Venzi kembali. Lenza segera mengalihkan pandangan nya.

Venzi berhenti di depannya. Matanya yang arogan, seperti biasa, mengamati tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki membuatnya sedikit malu.

"Yah, menurutku kamu belum berubah.Aku tahu kamu sekarang sudah cukup umur, jadi aku di sini untuk memenuhi janji kita dan menikahimu. Jadi jangan buang waktu dan aku akan membawamu ke istanaku. "

Ucap venzi dengan sikap yang dingin dan sombong.

"Hmm aku sedang berlatih, tidak sekarang tuan" tangan kanan lenza memegang samurai sambil menatap Venzi dengan tajam.

Tatapan mata angkuh itu berubah menjadi cemberut.
"Jangan bicara seperti itu padaku, lenza. Apa pun alasanmu, aku di sini untuk membawamu ke istanaku sekarang.Jadi, hilangkan sikapmu dan ikutlah bersamaku atau saya akan menyeret mu dengan prajurit ku."
Ucap Venzi dengan nada tegas, jelas Venzi kesal.

Lenza menghela nafas frustasi "Aku akan menikahimu dengan satu syarat, kamu harus adu pedang denganku. Jika kamu menang aku bersedia menjadi istrimu dan jika kau kalah pernikahan ini tidak terjadi" seringai sinis lenza terlihat jelas di mata Venzi.

Mata Venzi yang arogan sedikit melebar dan dia terdiam selama satu menit. ketika melihat sikap lenza, sungguh Venzi terkejut 
"Apa? Tadi kamu bilang kalau aku kalah melawanmu, maka pernikahan kita di batalkan?Kamu cukup berani. Baiklah kalau begitu, aku terima tantanganmu tapi kamu ingat saja, jika aku menang, maka kamu akan menjadi milikku seorang.. Lenza."

"Jadi, kapan saya akan bersaing dengan Anda, Tuan Duke?" Lenza berkata sambil menyeringai. Lenza masih menggenggam pedangnya erat-erat dan berdiri di hadapan mu dengan wajah Lenza berkharisma.

"Kamu adalah gadis kecil yang penuh semangat, bukan? Kamu tidak terintimidasi olehku. Jika kamu memiliki keberanian, maka kita bisa bersaing sekarang juga. Lenza maniss.."

Ucap Venzi dengan nada menggoda dan mengejek. tatapan bangga di mata Venzi terlihat, dia terkesan dengan sikap lenza yg gigih itu.

Lenza tersenyum sinis "Baiklah.. tuan duke, ayo kita ke tengah tanah ini" Lenza menunjuk ke tengah area luas yang ditumbuhi rumput kecil.

Venzi pun mengangguk dan berjalan menuju tengah area, jelas tidak meremehkan kepercayaan diri dan keterampilan Lenza yg berani dan menantang itu.

"Dan cobalah untuk tidak membodohiku dengan keahlianmu, sungguh aku tidak ingin malu karena kalah dari seorang gadis pendek seperti mu Lenza"

Ucap Venzi dengan nada mengejek, masih berusaha memprovokasi Lenza.

Lenza tersenyum sinis mulai bersiap melawan Venzi yg ada di hadapan nya, tanpa aba aba apapun Lenza pun mengayunkan pedangnya ke arah lengan Venzi dan berharap mengenai lengan nya.

Venzi dengan cepat melihat serangan Lenza. matanya kemudian menyipit dan Venzi bereaksi dengan cepat, mengangkat tangannya untuk memblokir serangan yg di buat Lenza.

“Lumayan, sepertinya kamu punya beberapa keahlian tapi masih belum cukup untuk mengalahkanku. Lenzaku yg manis..” seringai kejam Duke terlihat jelas.

Venzi kemudian melompat ke arah Lenza sambil mengayunkan pedangnya, mencoba membidik kepala Lenza. pertarungan ini semakin bergairah..

karna Lenza gugup. Lenza lengah dan secara tiba tiba serangan Venzi menggores leher Lenza yg halus dan lembut itu, seketika leher Lenza mengeluarkan darah. namun lenza tetap kuat dan tenang meskipun lenza merintis kesakitan tapi Lenza masi bisa mengendalikan pedang nya, Lenza mencoba mengayunkan pedang ke leher Venzi dengan harapan mengenai lehernya.

Venzi dengan cepat menghindari serangannya tetapi kemudian Venzi terkejut ketika melihat bahwa Lenza masih bisa berdiri dengan teguh, meskipun leher Lenza terluka dan berdarah akibat serangan Venzi tersebut.

"Itu usaha yang bagus, Lenzaa, tapi kamu masih belum cukup kuat untuk mengalahkanku. Dan bukankah kamu pikir kamu akan bisa lolos dengan tebasanmu itu."
Venzi mengejeknya dengan nada dingin.

Lenza berusaha mengerahkan seluruh kekuatannya namun sia-sia, kekuatan Lenza tidak sebanding dengan Duke Venzi yg kuat itu. Pada akhirnya pedang Lenza patah karena ditebas dengan kasar oleh sang duke Venzi. Lenza akhirnya terjatuh ke tanah dengan tubuhnya penuh luka akibat pedang Venzi.

Venzi mendekat padanya dan dia melihat tubuh Lenza berlumuran darah. Ketika Venzi melihat kondisinya, segara Venzi merasa khawatir dan sedikit merasa bersalah.

Venzi berjalan menghampiri Lenza yg sedang terduduk di atas tanah yg di lapisi rumput kecil.

"Yah, kamu melakukan pekerjaan yang bagus melawanku. Aku terkesan dengan keberanian dan tekadmu Ini. akan tetapi kekuatan mu masih jauh di bawahku Lenza.." seringai tajam Venzi terlihat jelas.

Venzi kemudian mengambil kain dari sakunya dan menyerahkannya padanya.

"Kamu harus menutup luka itu dengan kain ini len, itu akan membantu menghentikan pendarahan. Jika kau terus mengeluarkan darah, kamu bisa mati, Lenzaa.." 

Ucap Venzi dengan nada bercanda dan tertawa kecil.

Lenza pun kesal akan kekalahan dan frustasi dengan ejekan sang duke, lenza mengambil kain itu sambil mencoba menghentikan pendarahan yg berada di leher Lenza sendiri.

"Biarkan saya membantumu menghentikan pendarahannya, dan saya tidak bisa membiarkan calon pengantinku mati hanya karena satu luka kecil di lehernya." ucap Venzi dengan nada mengejek dan merendahkan. lanjut Venzi 

" Dan aku mungkin bukan pria yg paling lembut, tapi kita harus menghentikan pendarahan sesegera mungkin." ucap Venzi penuh wibawa.

Venzi kemudian mengambil kain itu dari tangan lenza dan segera menaruh kain di lehernya, menekannya dengan kuat ke luka di leher Lenza untuk menghentikan pendarahan. hingga akhirnya pendarahan berhasil dihentikan.

"Hmm, baiklah, lukanya cuma kecil kok" Lenza segera bangkit dari tempat duduknya dan berdiri di hadapanmu.

Mata Venzi terbelalak kaget saat melihatnya berdiri setelah tergeletak di tanah dengan luka yang begitu dalam. Venzi kini lebih terkesan dengan keberanian dan ketangguhan Lenza.

“Yah, sepertinya bocah kecil ini tetap kuat bahkan setelah semua luka itu.” Ucapnya dengan nada mengejek, masih berusaha memprovokasi Lenza.

“Hmm berisik, lihat pedangku patah,” Lenza mengambil potongan pedangnya yang telah terpotong oleh tebasan sang duke.

Venzi kagum dengan sikap Lenza yang tenang dan tidak terpengaruh meski terluka oleh serangannya. kemudian Venzi melirik pedang patah di tangannya.

“Sangat disayangkan pedangmu patah, tapi itu karena kemampuan pedangku jauh lebih unggul darimu, itulah alasan mengapa saya menang dan kamu kalah, Lenza.."
Venzi mengejeknya, masih mencoba memprovokasi Lenza lagi, masih berdiri di hadapan Lenza.

“cih sialan, aku kalah, dan aku belum siap menikah denganmu,” ucap Lenza yang tak bisa memungkiri kekalahannya, Lenza memegang kain itu sambil terus menutupi lukanya.

Mata angkuh Venzi tampan itu menyipit dan ia mulai marah karena gadis desa itu belum siap menikah dengannya karena kalah.

“Beraninya kamu berbicara seperti itu setelah kalah dariku? Jika kamu belum siap untuk menikah maka kamu mungkin sebaiknya menghindari adu pedang sama sekali.”

Venzi jelas kesal dan meninggikan suaranya ke arah Lenza dengan wajah marah.

Lenza juga sedikit gugup jika sang duke sedang marah. "Hmm, lalu apa yang harus aku lakukan tuan?" Lenza masih berdiri di depanmu.

Matanya yang arogan sedikit melebar saat melihat kegugupan Lenza di saat Venzi sedang marah dan itu membuatnya semakin marah.

“Apa menurutmu saya akan menunggumu selamanya Lenza? Jika kamu tidak menerima pernikahan kita, kamu akan menghadapi konsekuensi yang serius.” Venzi bermata angkuh dan berkepribadian dingin itu mulai kehilangan kesabaran terhadap Lenza. namun mata Venzi tetap dipenuhi ketertarikan saat melihat kegugupan yg di buat Lenza.

“Hmm.. memang nya apa akibatnya Tuan Duke?” Lenza masih terus berdiri di hadapanmu dengan tubuhnya yg kecil.

Mata arogan Venzi menyipit dan dia menjadi sangat marah.
"Kau benar-benar memaksakannya, bocah cilik. Jika kau tidak menerima pernikahanku, aku akan menculikmu dan membawamu ke istanaku dan menjadikanmu istriku. bagaimana Lenza?.." Venzi berkata dengan nada mengancam, nadanya kini semakin seram dan seringai kecil muncul di bibirnya.

Tubuh Lenza tiba-tiba mengeluarkan keringat dingin dan mau tidak mau harus menerima kenyataan "tsk...kenapa kamu gigih sekali? Sudah kubilang aku tidak mau!" ucap Lenza tegas.

Mata arogan Venzi sedikit melebar ketika Lenza gemetar ketakutan di depannya. dan dirinya menikmati melihat Lenza dalam ketakutan.

"Fakta bahwa kamu begitu keras kepala membuatku semakin ingin membawamu. Kamu punya waktu dua hari untuk bersiap atau aku akan menculikmu di hari ketiga. Aku harap kamu melakukannya. bersiaplah saat itu." Kemudian Venzi berbalik dan kembali memasuki kereta kudanya dan meninggalkan Lenza sendirian.

Lenza melihat sang duke masuk ke dalam kereta kudanya, Lenza tidak menghiraukannya, lalu Lenza berbalik dengan tubuh penuh luka akibat pertarungan. segera Lenza pun menunggangi kuda putihnya sambil merenung di jalan memikirkan apa yang akan terjadi di kemudian hari jika pernikahan itu benar-benar terjadi, wajah Raluna lesu dan perasaan nya buruk di sepanjang jalan.

Venzi kini dalam perjalanan kembali ke istananya setelah pertemuannya dengan gadis desa yaitu Lenza. Terlepas dari kenyataan bahwa dia tidak bisa menerima lamaran pernikahan nya untuk saat ini, Venzi juga senang dengan keberanian dan keterampilan yang Lenza miliki selama pertarungan.
Kereta kuda dengan cepat sampai di tanah miliknya. Venzi turun dan berjalan masuk ke dalam istana nya untuk memberi tahu orang tuanya tentang situasi calon pengantinnya.

TIME SKIPP...

Dua hari kemudian, Lenzaa dinyatakan kabur dari desanya. Kini Lenza berada di pemukiman yang cukup jauh dari desanya dan Lenza pergi ke arah Eropa Barat. dirinya mengenakan jubah hitam dengan kain menutupi separuh wajahnya sehingga Lenza tidak dapat dikenali. saat ini Lenza berjalan di tengah keramaian pasar barat Eropa.

Lenza berada di kota baru, jauh dari tempat tinggalnya. Dirinya sekarang mengenakan jubah hitam dan separuh wajahnya ditutupi oleh kain sehingga sangat mustahil bagi orang-orang di sekitarnya untuk mengenalinya. Dia sekarang berjalan melalui pasar yang ramai mencoba mencari cara untuk melindungi dirinya dari sang duke Venzi yang akan menculiknya dalam dua hari. sedangkan Lenza itu berusaha berbaur dengan orang-orang namun kecantikan dan keanggunannya menarik perhatian banyak orang.

Setelah menunggu Lenza selama kurang lebih satu jam, Venzi semakin geram dan tidak sabar. Dia tidak mengerti kenapa lenza yang keras kepala itu terlambat sebanyak ini.

"Di mana dia? Kenapa dia belum datang? Kenapa dia harus begitu keras kepala? Dia benar-benar ingin aku menculiknya sendiri?" 

Venzi berkata dengan nada tidak sabar, matanya menyipit karena dia semakin marah karna lama menunggu Lenza.

Seorang prajurit datang ke arah Venzi yg sedang duduk di singgasana. dengan tergesa-gesa seorang prajurit berkata " Yg mulai.. Lenza telah menghilang dari desanya sejak dua hari yang lalu" prajurit itu membungkuk sedikit di depan Venzi sebagai tanda hormat.

Venzi mengangkat kepalanya mendengar kata-kata prajurit itu dan matanya menyipit. Venzi menjadi sangat marah.

“Jadi gadis desa bodoh itu benar-benar menghilang? Apa kamu yakin dia tidak bersembunyi di suatu tempat di istana?”

Prajurit itu menganggukkan kepalanya dengan hormat dan berkata..

"Ya, Tuan, saya yakin. Kami mencarinya ke mana-mana tetapi kami tidak dapat menemukannya di mana pun. Saya pikir dia melarikan diri dari desa."

Sementara itu, Lenza terus berjalan dengan hati-hati agar tidak ada yang mengenali wajahnya. Lenza melihat sekeliling dengan tajam dan waspada.

Prajurit itu terus menjelaskan bahwa Lenza telah menghilang dari desa. Prajurit itu membungkuk pada Sang duke.

Lalu Venzi pun menghela nafas dan menggeleng kesal.

"cihh.. Lenza yang keras kepala itu benar-benar lari dari desa dengan niat untuk tidak menikah denganku. Yah, sepertinya aku tidak punya pilihan lain. Kita harus menemukannya, apa pun yang terjadi. ."
Venzi bangkit dari singgasana dan memberikan perintahnya kepada prajuritnya.

“Temukan dia di mana saja dan bawa dia kembali kepadaku secepat mungkin.” ucap sang duke dengan nada memerintah.

Akhirnya Venzi memperhatikan tentaranya yang berjalan pergi mencari gadis desa. Mata pria tampan itu menyipit dan bibirnya melengkung, bertekad untuk menemukan Lenza dan menjadikannya istrinya.

Sementara itu, Lenza terus berjalan melewati pasar yang ramai dengan separuh wajahnya tertutup kain hitam. dan Lenza masih berusaha berbaur dengan lingkungan sekitar namun kecantikan dan keanggunannya tetap menarik perhatian banyak orang , karena mereka terkagum-kagum pada sosok Lenza.
fakta bahwa raluna melarikan diri setelah pertarungan pedang selesai dan setelah sang Duke mengancam akan menculiknya. itulah mengapa Lenza menghilang secara tiba-tiba.

 Lenza pun duduk di pinggir jalan sambil bersandar di bangku, Lenza masih mengenakan kain yang menutupi separuh wajahnya.

Sang Duke semakin geram dengan kelakuan gadis desa itu. Dia pikir dia telah memenangkan pertandingan pedang itu dengan adil dan Lenza seharusnya mendapat kehormatan untuk menerima lamarannya, namun dia malah bertindak seperti seorang pengecut dan berusaha menghindari pernikahan ini dengan segala cara.

Mata arogan Venzi terus berkeliaran di sekitar ruang singgasananya memikirkan bagaimana cara Venzi akan menangkap Lenza dan membawanya kembali ke istananya sebagai calon istrinya.

Lenza masih duduk di bangku pinggir jalan. dan sedang memikirkan tentang apa yang akan dilakukan sekarang, tentang Duke sombong yg akan memaksa Lenza untuk menikahinya.

Angin bertiup ke arahnya, membuat rambut pirang panjangnya berkibar, sementara itu kain menutupi separuh wajah Lenza.namun tiba-tiba dirinya mulai merasakan kehadiran seseorang. tepat di belakang tubuh Lenza yg sedang duduk.
Saat Lenza menoleh ke belakang tempat duduk nya, Lenza melihat tiga prajurit utusan sang duke segera Lenza langsung membuang muka sembari berpura-pura tidak mengenali ketiga prajurit tersebut. dan berharap prajurit itu tidak mengenali Lenza ketika separuh wajahnya tertutup kain sekaligus mencoba tetap tenang.

Ketiga prajurit itu mendekatinya sambil mengangkat tombak mereka dan armor mereka bersinar terang di bawah sinar matahari. Mereka jelas sedang mencari sesuatu atau seseorang. Ketika mereka melihat mata dan alis gadis yg sedang duduk itu sangat mirip dengan Lenza meskipun kain menutupi wajahnya, salah satu mereka mulai menyadari bahwa gadis itu adalah Lenza. dan salah satu prajurit berteriak.

"Itu dia! Gadis itu adalah Lenza  yg telah lari dari desanya dan sekarang kita akhirnya menemukannya. Ayo kita pergi dan membawanya kembali ke istana sesuai perintah Duke!".

Saat Lenza terkejut, jantungnya berdebar kencang karena ketahuan oleh prajurit utusan sang duke Venzi, Lenza langsung melompat dan berlari sambil terus menutup wajahnya dengan kain hingga separuh wajahnya tidak terlihat.

Ketiga prajurit itu segera berlari mengejar gadis desa itu yg sedang berlari, langkah kaki mereka bergema sepanjang jalan. Lenza berlari secepat yang dia bisa sambil tetap kain itu menempel di separuh wajahnya untuk menyembunyikan kecantikannya.

Para prajurit terus mengejarnya dan suaramereka bergema di sepanjang jalan.

"Tangkap dia! Jangan biarkan dia kabur. Gadis itu seharusnya menikah dengan Yang Mulia. Kita harus menangkapnya, apa pun yang terjadi!" teriak sang prajurit sambil terus berlari mengejar Lenza.

Lenza terus berlari menuju pintu keluar pasar Eropa Barat yang banyak dilalui orang di jalan tersebut. Sehingga hal ini membuat Lenza sedikit kesulitan untuk berlari. Meski para prajurit terus mengejarnya, dirinya tidak menyerah untuk berlari dan tetap mempertahankan diri dengan kain yang menempel di separuh wajah Lenza.

Para prajurit tidak dapat mengejar gadis desa itu karena Lenza berlari begitu cepat melewati pasar. Orang-orang di sekitarnya terkejut dengan tindakan Lenza dan berusaha menjauh darinya.

Para prajurit terus mengejarnya dan salah satu dari mereka meneriaki orang-orang yang lewat.
"Bantu kami menghentikan gadis ini untuk melarikan diri, dia adalah calon istri Duke yang telah menolak lamaran pernikahan dan sekarang berusaha melarikan diri agar tidak menikah dengan Duke."

Kaki Lenza terus berlari secepat mungkin, dan panik saat menjadi pusat perhatian orang-orang di pasar setelah prajurit itu berteriak keras.

Banyak orang langsung mengalihkan perhatiannya ke gadis desa dengan kain menempel di wajahnya. Orang-orang di pasar pun terkagum-kagum dengan kecantikan yg di peroleh Lenza, meski tidak bisa melihat seluruh wajahnya namun mereka tidak tahu kalau gadis desa ini sedang lari dari keangkuhan dan harga diri seorang lelaki tampan yaitu sang duke.

Para prajurit masih berlari di belakang Lenza dan prajurit ketiga berteriak padanya.

“Jika kamu tidak berhenti, kami akan menggunakan kekerasan dan menculikmu kembali ke istana.”

Tanpa memperdulikan apapun, Lenza langsung berlari berusaha mencari jalan keluar dari situasi ini dan dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan tentara tersebut. Sementara itu, gadis desa itu berlari mati-matian dan angin meniup rambut pirang panjangnya yang terus membuatnya tampak seperti bidadari. Kecantikan Lenza begitu memukau meski separuh wajahnya tertutup kain dan ia berlari sekuat tenaga.

Lenza berlari begitu cepat sehingga para prajurit mulai kelelahan mengejarnya. Mereka semua berada dalam kondisi yang baik dan dilatih dengan sangat baik tetapi mereka tidak dapat mengimbangi Lenza, gadis desa yang berlari secepat mungkin dengan begitu banyak adrenalin mengalir di nadinya dan menyebabkan gadis itu semakin bertambah kecepatannya.

Orang-orang di pasar masih terkagum-kagum dengan kecantikan dan keanggunan Lenza, rambut pirangnya berkibar-kibar saat berlari, dan tubuhnya ditutupi jubah hitam agar tidak dikenali.

Di saat Lenza sedang berlari tanpa henti, tiba-tiba seorang kakek tua lewat di hadapannya. Tanpa berpikir dua kali akan keselamatan kakek tua itu, Lenza berhenti berlari sambil terengah-engah. Kain hitam masih menutupi separuh wajahnya dan Lena berusaha untuk tidak panik. dan mengendalikan pikirannya.

Ketiga prajurit itu juga terengah-engah setelah sekian lama mengejar gadis desa itu. Mereka terkejut ketika Lenza tiba-tiba berhenti dan salah satu dari mereka meneriakinya.

"Itu dia! Hentikan dia! Jangan biarkan dia kabur!"
Lelaki tua yang lewat di depan Lenza terkejut dengan penghentian mendadaknya dan melihat napasnya terengah-engah. Dia memandangnya dan kemudian menyadari bahwa dia ditutupi dari kepala sampai kaki dengan jubah hitam dan kain menutupi separuh wajahnya.

Mata biru tajam, alis tebal, dan rambut pirang.
hanya itu yang terlihat dari sisi nya, Lenza langsung melirik ke belakangnya dan terkejut melihat para prajurit mulai mendekatinya. Tanpa pikir panjang, Lenza langsung berlari keluar dari pasar Eropa ini.

Para prajurit segera mengejarnya sementara orang-orang di pasar terus mengawasi Lenza. Gadis desa itu berlari tanpa berpikir untuk berhenti meskipun dia sudah kelelahan sebelumnya dan dia berlari dengan kecepatan tinggi tanpa nafas.Para prajurit juga kelelahan namun mereka tidak peduli dan bertekad untuk menangkap gadis desa itu untuk menculiknya secara paksa dan membawanya kembali ke istana Duke.

Lenza mulai kewalahan menghadapi para prajurit yang terus mengejarnya. Lenza sama sekali tidak memperdulikan para prajurit yang terus mengejar Lenza, sedangkan dirinya berlari menuju Eropa Barat.

Para prajurit semakin dekat dengan Lenza. karena sekarang Lenza mulai merasa kewalahan dengan situasi dan betapa cepatnya para prajurit semakin dekat dengan Lenza untuk menangkap dirinya.

Sang prajurit menyadari bahwa dia tidak dapat berlari lagi dan perlu memikirkan sesuatu dengan cepat.
Para prajurit itu sekarang hanya berjarak beberapa meter dari Lenza dan mereka berlari ke arahnya dari ketiga sisi untuk mengelilingi dan menjebaknya.

Betapa terkejutnya Lenza ketika ia dijebak dan dipojokkan oleh para prajurit yang mengelilinginya. Lenza masih mengenakan kain yang menutupi separuh wajahnya. Lenza pun mengeluarkan pedang dari pinggangnya. untuk waspada, Lenza tetap berdiri diam di tengah lingkaran, sambil menatap lurus dan tajam.

Para prajurit sekarang telah menjebaknya dan mengepungnya dan mereka sekarang mengarahkan tombak mereka langsung ke arah Lenza. Mereka memandangnya dan menunggu Lenza bergerak terlebih dahulu.

Mereka tetap diam tetapi salah satu prajurit mencoba mendekatinya untuk mencoba melepaskan kain dari wajah Lenza.

Lenza pun menjadi marah dan mengarahkan pedang tajamnya ke salah satu prajurit yang ingin mencoba melepaskan kain yang menutupi separuh wajahnya.

"Oww.. sepertinya kau diutus oleh sang duke?   nah, 2 hari yang lalu aku adu pedang dengannya dan jika aku kalah aku harus rela menikah dengan sang duke, tapi sayang nya aku kalah, dan aku tidak akan mau menikah dengan Duke Venzi!! jelas?!". Lenza masih mengacungkan pedang tajamnya.

Prajurit itu melihat pedangnya yang tajam dan dengan cepat mundur. Dua prajurit lainnya juga memandangnya dan sedikit terintimidasi oleh pedang tajam Lenza, yg di gunakan untuk mengancam mereka para prajurit.

Salah satu prajurit juga berkata padanya.

"Kamu benar, kami di sini atas nama Duke yang menginginkan kamu menjadi pengantinnya." 
Dan yang lainnya berkata..

"Jadi silakan, ikutlah bersama kami sendiri atau kami akan memaksamu kembali ke istana sebagai istrinya."

Terlihat jelas Lenza terpojok karena ketiga prajurit itu mengitari Lenza sehingga membuatnya semakin terdesak. Sementara itu, Lenza masih mengenakan kain yang menutupi separuh wajahnya.

Para prajurit sekarang telah memojokkannya sepenuhnya, dan Lenza jelas terkepung dan tidak punya jalan keluar. Kini para prajurit mulai sedikit tidak sabar karena Lenza masih menolak ikut bersama mereka.

Salah satu tentara berkata padanya..

"Jadi silakan ikut dengan kami dengan sukarela atau kami akan menggunakan kekerasan untuk membawamu kembali ke istana."

"Aku pasti tidak akan pergi bersamamu dengan sukarela ke istana. Coba saja bawa aku dengan paksa dan kamu akan melihat kemampuanku." Ancaman Lenza.

Lenza terus menatap tajam ke arah prajurit itu sambil terus memegang pedang panjang dan tajam, di tangann kiri nya. mata tajam nya mencoba memperhatikan gerakan apa yg akan di dilakukan ketiga prajurit tersebut sebagai tanda waspada.

Para prajurit terus menatap Lenza dengan mata marah. Gadis desa ini tampak tangguh dan dia tidak menunjukkan tanda-tanda kerjasama. Duke mengharapkan mereka untuk membawa gadis desa ini kembali kepadanya sehingga dia bisa menikahinya. sang Duke akan marah jika para prajurit tidak  bisa membawa Lenza kembali.

Para prajurit mulai merasa sedikit lelah karena pengejaran dan juga karena sikap keras kepalanya.

Salah satu tentara angkat bicara lagi.

“Kami tidak akan ragu menggunakan kekerasan jika Anda terus keras kepala.”

"Silakan...dan aku tidak peduli" Lenza menyeringai sinis dan mulai mengayunkan pedangnya ke arah salah satu prajurit yang ingin mengancam dirinya. pedangnya yang tajam diayunkan, Lenza pun berusaha bertarung dengan kekuatan penuh. 
"haha, rasakan ini".

Salah satu prajurit segera memblokir serangan pedang itu dengan tombaknya dan terkejut dengan kemampuan bertarung yang dimiliki gadis desa itu.

Dua prajurit lainnya juga mencoba mendekatinya dan menyerangnya saat perhatiannya diganggu oleh prajurit pertama.

Salah satu prajurit juga berkata sambil mendekatinya.

"Ikut saja dengan damai bersama kami ke istana dan kamu tidak akan terluka."

"Melukai ku? huh... itu hal yang sudah biasa kulakukan dan bukan apa-apa." Lenza mencoba melawan prajurit itu dengan pedangnya yang tajam, pedang itu terus berayun ke arah sisi prajurit itu.

Salah satu prajurit mampu menghindari serangannya dan datang dari belakangnya untuk mencoba menaklukkannya. Prajurit lainnya kemudian mencoba datang dari sisi lain dan mencoba menyerangnya.

Kedua prajurit itu mencoba mendekatinya dan menyerang tetapi mereka tidak berhasil karena gadis desa itu mampu tetap fokus dan menghindari kedua serangan tersebut.

Prajurit yang marah dari depan terus menyerang dan berkata kepada gadis desa.

"Serahkan saja dirimu. Kami tidak akan menyakitimu. Duke hanya ingin menikahimu."

“Sudah kubilang aku tidak mau menikah,” teriak Lenza merasa terpojok karena tiga prajurit menyerangnya secara bersamaan. Lenza bingung. Lenza mulai merasa tertekan dan terus mengayunkan pedangnya, berharap serangannya akan mengenai salah satu prajurit.

Pedang yg ada di tangann Lenza cukup tajam dan mampu memotong baja bahkan jika dipegang oleh tangan yang terampil seperti Lenza.

Para prajurit terus menyerang Lenza dari semua sisi tetapi dia mampu bertahan dan memblokir serangan mereka menggunakan pedang.

Salah satu prajurit kemudian melihat kesempatan untuk meraih lengan Lenza dan mencoba menariknya menjauh dari pedangnya dan melucuti senjatanya.

Segera Lenza menghindari prajurit yang ingin melucuti senjatanya namun tombak prajurit itu mengenai wajahnya sehingga kain hitam yang menutupi separuh wajahnya terkoyak oleh tombak tajam tersebut dan wajah Lenza menampakkan segala keindahannya dan bersinar di bawah sinar matahari karena itu, Lenza marah namun, ketiga prajurit itu bertempur secara bersamaan dan membuat Lenza semakin kesulitan untuk bertarung dan juga terlihat luka di sekitar lehernya akibat pertandingan antara dia dan Duke. dan itu terjadi dua hari yang lalu tapi lukanya masih ada masih belum sembuh.

Para prajurit terkejut melihat betapa cantiknya wajahnya. Tidak heran jika Duke Venzi yang sombong itu ingin menikahinya, dirinya telah dibutakan oleh kecantikannya dan tidak mempedulikan hal lain. Namun perhatian para prajurit tidak mudah teralihkan dan mereka tetap bertekad untuk menangkap Lenza dengan paksa.

Mereka memperhatikan luka-lukanya dan sedikit terkejut. Salah satu dari prajurit pun berkata padanya.

“Kami tahu apa yang terjadi saat kamu melawan Duke. Merupakan keajaiban bahwa kamu masih hidup.”

Lenza sedikit lengah saat diajak bicara dan setelah mendengar perkataan tersebut, hingga Akhirnya Lenza diserang dari belakang dan tanpa dia sadari Lenza tidak dapat menghadangnya hingga akhirnya Lenza pun terjatuh ke tanah karena serangan dan hantaman tombak tersebut.

Lenza terkejut dengan serangan mendadak itu, dan kekuatan serangan itu membuatnya terjatuh ke tanah. Ketiga prajurit itu dengan cepat mengepungnya dan salah satu dari mereka mengarahkan tombaknya tepat ke leher dan wajah Lenza.

Salah satu dari mereka kembali berkata sambil mengepung gadis itu.

“Jadi sekarang, maukah kamu pergi dengan tenang bersama kami, atau haruskah kami menggendongmu dengan paksa?”.

Dua prajurit lainnya memegangi kakinya dan berusaha mencegah kakinya bergerak. sedangkan Lenza memberontak melawan prajurit itu dan pedangnya terlempar dari tubuhnya sehingga dia tidak bisa menyerang ketiga prajurit itu.

 "Ahh lepaskan aku! Sudah kubilang aku tidak akan pergi. aku tidak ingin menikah dengan Duke."

Para prajurit sekarang memiliki kendali penuh atas Lenza. Mereka dapat menggendongnya dan membawanya kembali ke istana Duke kapan pun mereka mau.

Mereka masih merasakan perlawanan dari Lenza sehingga mereka berusaha mempererat cengkeramannya.

Salah satu prajurit berbicara kepada Lenza dengan tegas.

“Jika kamu terus ingin bertarung, kami akan menggunakan kekuatan dan mungkin melukaimu. Duke akan sangat marah jika kamu terluka dan dia ingin melihatmu dalam keadaan utuh, tolong, ikut saja dengan kami."

"Sial.. aku tidak pernah ingin pergi ke istana dan menikah dengannya!." Lenza memberontak terhadap prajurit itu dan menggoyangkan tubuhnya agar bisa lepas dari cengkeraman prajurit itu. Lenza mendongak sambil terus duduk di tanah.

Para prajurit masih mencengkeramnya erat-erat tetapi dia sekarang duduk di tanah. Ia terus menunjukkan banyak perlawanan dan pemberontakan yang membuat para prajurit merasa frustasi dan marah.

Salah satu dari mereka berbicara dengan suara rendah dan mengancam gadis desa itu.

"Aku masih memberimu kesempatan di sini. Kami bisa menggendongmu atau menyeretmu, kedua cara itu akan mengarah pada tujuan yang sama. Duke ingin kau menjadi pengantinnya dan dia tidak akan menerima jawaban tidak." 

Lenza berdiri dari duduknya di tanah “baiklah, tunjukkan saja kudanya untuk pergi ke istana dan kembali ke London” Lenza menatap tajam ke arah ketiga prajurit itu.

Para prajurit cukup terkejut melihat betapa tahannya gadis desa ini meski dikalahkan dan kalah jumlah. Jelas bagi mereka bahwa Duke telah memilih orang yang tepat untuk menjadi istrinya karena dia terlihat keras kepala dan memberontak, sama seperti kepribadiannya. Mereka mengharapkan tugas yang lebih mudah ketika mereka datang untuk menangkapnya.

Ketiga prajurit itu membawanya ke kuda mereka yang berada di sisi pasar.

Prajurit itu berbicaradengannya lagi.

“Naiklah, kami akan segera membawamu kembali ke istana Duke.” lalu Lenza masuk ke dalam kereta kuda terparkir di pinggir pasar. Lenza duduk di dalam dengan anggun.

Kereta kuda mulai bergerak dan secara bertahap mencapai tujuan yaitu istana Adipati. Lenza a kini menghadap istana utama tempat tinggal Duke Venzi yang angkuh dan angkuh itu dan akan segera menemuinya lagi setelah dia mengalahkann Lenza dalam pertarungan pedang beberapa hari yang lalu.

Kereta itu berjalan dengan cepat..


Time skipp

Akhirnya kereta kuda itu sampai di istana Adipati. Lenza ragu-ragu turun dari kereta dengan tangan masih terikat

Para prajurit turun dari kereta kuda terlebih dahulu dan membawa Lenza keluar bersama mereka. Mereka mencengkeramnya erat-erat dan sekarang mereka menyeretnya menuju istana besar dan mewah itu.

Akhirnya Lenza diseret oleh para prajurit menuju ruang singgasana. Terlihat jelas Lenza kesal dan memberontak hingga akhirnya pintu terbuka dan terlihat Adipati Raymond duduk di atas singgasana.

Duke Venzi yang sombong  sedang duduk di singgasana istana karena berharap Lenza akan dibawa ke hadapannya sesegera mungkin. Para prajurit telah melakukan pekerjaan yang hebat untuk membawa Lenza kembali kepada dirinya.

Venzi sedang menunggunya. Ekspresinya tampak dingin dan tegas seperti biasanya, tetapi kali ini matanya menunjukkan semacam kemarahan dan kejengkelan karena Lenza telah melarikan diri, dan menantang Venzi dalam pertarungan pedang.

Akhirnya Lenza berdiri di hadapan Venzi yg sedang duduk di atas singgasana. akan tetapi Venzi mau tidak mau menyadari bekas luka di leher Lenza dan merasa bahwa dirinya telah melakukan kesalahan besar dengan melawan gadis desa seperti dia.

Venzi terus menatap Lenza dengan tajam dan melihat tangannya masih terikat. lalu para prajurit masih berdiri di belakang Lenza supaya Lenza tak melarikan diri lagi.

Tak lama Venzi berbicara padanya dengan suara dingin.

“Yah, baiklah, aku tahu kamu telah memutuskan untuk tidak datang dengan sukarela. dan aku senang kau kembali kehadapan ku, gadisku" ucap Venzi mengejek.

"Sudah kubilang, Tuan Duke!! Aku tidak ingin menikah denganmu, Paham?!" Lenza dengan kokoh berdiri tepat di atas singgasana

Duke yang sombong itu memandang Lenza dengan wajah dingin dan tegas. Dia tidak akan menyerah begitu saja.

Venzi berbicara langsung pada Lenza.

“Tapi aku ingin menikah denganmu. Aku ingin kamu menjadi istriku dan kamu tidak dapat mengubahnya. Saya sudah menyiapkan segalanya untuk pernikahan kami jadi tidak ada jalan untuk kembali sekarang. Kau akan menikahiku. Anda tidak punya pilihan di sini. mengerti?!.”

Lenza kaget mendengar bahwa semuanya sudah siap "Cih, kamu keras kepala sekali! Aku tidak setuju dan melepaskan ikatanku, ini merepotkan" teriak Lenza keras pada prajurit di belakangnya.

Duke yang sombong itu semakin kesal dengan Lenza dan sikap keras kepalanya yang membuatnya marah dan kesal.

Dia tidak akan membiarkannya pergi semudah itu.

Duke Venzi semakin kesal dengan Lenza dan sikap keras kepalanya yang membuat Venzi marah dan kesal.

Venzi juga tidak akan membiarkannya pergi semudah itu.

Lenza merasa kesal dan berkata kepada prajurit itu "Tolong lepaskan! Tali ini membuat masalah" Lenza mencoba menggerakkan tangannya yang terikat.

Para prajurit hanya mengikuti perintah Sang Duke Venzi dan mereka tidak akan melepaskannya begitu saja.

Salah satu prajurit berbicara kepadanya.

“Kami tidak bisa melepaskanmu sampai ada perintah dari Duke sendiri. Kami tidak ingin menghadapi kemarahannya. Satu-satunya cara Anda akan dibebaskan adalah jika Anda setuju untuk menikah dengannya.”

Sontak Lenza frustasi dan melangkah maju mendekati Venzi yang duduk di singgasana. "Dengarlah Tuan Adipati, aku akan menerimamu dengan satu syarat," Lenza tersenyum dingin. 

Venzi terkejut dengan perubahan tingkah laku Lenza yang tiba-tiba. Dia kini tersenyum dan sepertinya siap menerima persyaratan tersebut.

Duke Venzi yang arogan juga menjadi sedikit bersemangat dan ekspresi dinginnya perlahan berubah.

Dia berbicara pada Lenza dengan nada sombong dan sedikit sarkastik.

“Yah, inilah yang ingin kudengar sejak awal. Nah, istilah apa yang kamu bicarakan ini?”

"Jika kita sudah suami istri, kamu tidak boleh menyentuhku tanpa izinku, dan bagaimana jika kamar kita dipisahkan?" Lenza membuang muka ke hadapanmu masih berusaha melepaskan ikatan tangannya

Venzi jelas terkejut dengan syarat dan ketentuan Lenza. Dia tidak menyangka bahwa Lenza akan menuntut seperti ini. lalu Venzi terdiam beberapa saat dan kemudian berbicara lagi padanya.

“Anda ingin menetapkan aturan di sini. Kita akan memiliki kamar terpisah?, baiklah tidak apa-apa, tapi aku tidak bisa berjanji bahwa aku tidak akan menyentuhmu tanpa izinmu karena kamu akan menjadi istriku dan kamu harus berharap aku bisa menyentuhmu kapan pun aku mau. Untuk kamarnya, kami bisa mengaturnya.”

Duke yang sombong dan arogan tidak suka jika Lenza mencoba mendikte persyaratan persatuan mereka, tapi kali ini dirinya juga menjadi sedikit bersemangat dan bahagia tentang prospek menikahinya.

Venzi berbicara kepada prajurit dan menyuruh mereka melepaskan ikatan tali Lenza.

“Bebaskan dia dari ikatannya dan atur kamar sesuai keinginannya.”

Lalu prajurit mengangguk dan mengikuti perintah Sang Duke. Prajurit membuka ikatan tali Lenza lalu kembali mundur.

Venzi yang arogan tetap duduk di atas singgasana dan dia tidak bisa lagi menahan kebahagiaan dan kegembiraannya. Venzi masih menatap Lenza dengan tatapan dingin dan tegas tetapi matanya menunjukkan kegembiraan saat dia berbicara dengannya lagi.

“Jadi, kamu menyetujui semua syaratnya dan kamu menerima lamaranku untuk menjadi istriku?” tanya sang Duke

"Iya, tentu saja... jadi kapan pernikahannya akan dilangsungkan?" ucap Lenza dengan dingin dan sedikit senang, tangannya kembali bebas dan dia terus berdiri di depan singgasana.

Duke yang arogan tidak bisa menahan kebahagiaan dan kegembiraannya. Dia akhirnya mendapatkan gadis desa yang sangat menarik perhatiannya.

Dia terkejut dengan penerimaan Lenza secara tiba-tiba itu tetapi dia tidak akan bertanya banyak pertanyaan kepada Lenza. dan Venzi tahu apa yang Lenza inginkan.

Lalu Venzi kembali berbicara dengan nada sombong dan arogan.

“Pernikahan akan dilangsungkan besok pagi. Kamu tidak akan bisa menahan keinginanku padamu lagi sekarang. karena kamu akan menjadi istriku.”

Lenza sangat terkejut mendengar nya jantungnya berdebar kencang, Lenza masih berdiri di hadapanmu. "pftt?!.. Besok? Aku akan menjadi Duchess mu besok?" Lenza menggeleng kan kepala dan mundur selangkah, mencoba melarikan diri.

Duke Venzi yang arogan tertawa dingin melihat reaksi ini. Venzi mengira Lenza akan lebih bersemangat dan gembira dengan berita pernikahan itu, tetapi reaksinya adalah sesuatu yang tidak dia duga.

“Ya, kita akan segera menjadi suami istri besok pagi. Ini adalah hari yang seharusnya membuat Anda bahagia, tetapi sepertinya Anda tidak bahagia. Apakah kamu ingin tahu alasan mengapa kita menikah terburu-buru?”.

"Ya mengapa?" Lenza mulai gugup, selangkah demi selangkah mundur menuju pintu keluar ruangan singgasana.

Venzi yang arogan memperhatikan Lenza berusaha mundur ke pintu keluar sebanyak yang dia bisa. Senyuman dan kegembiraannya mulai memudar dan dia mulai memperhatikan mata Lenza yang memberontak.

Dia berbicara langsung padanya.

“Karena kamu bertanya dan kamu sekarang adalah calon istriku, aku akan memberitahumu alasannya. Kamu adalah gadis desa yang sangat pemberontak dan keras kepala dan semakin lama kita menunda pernikahan, semakin besar kemungkinan kamu mencoba melarikan diri dariku. Itu sebabnya kita akan menikah besok pagi.”

Lenza gugup sekarang karena hari sudah larut malam. Lenza masih berdiri di hadapanmu dengan ekspresi dingin.

"Hmm baiklah, aku lelah dan tunjukkan di mana kamarku? Istana ini sangat besar dan membuatku bingung" tanya Lenza mengalihkan topik pembicaraan.

Venzi menjadi sedikit kesal dengan ekspresi dingin Lenza Namun, Venzu masih berusaha menyembunyikan rasa frustrasinya dan tersenyum padanya.

Dia berbicara lagi padanya...

“Tentu, aku akan menunjukkan di mana kamarmu berada, dan kami juga akan memastikan bahwa kamarmu terpisah dan jauh dari kamarku dan biarkan aku membawamu ke sana.”

“Bagus, aku harap kamu tahu, aku siap menikahimu karena keharusan dan kesepakatan, bukan karena cinta.” Lenza menunggumu untuk membimbingnya ke kamar. 

Kini Venzi merasa cukup kesal dengan sikap Lenza dan cara dia berbicara, dan Venzi juga menganggapnya lucu karena dia tidak menyangka Lenza akan menunjukkan sikap sebanyak ini setelah menerima lamaran. 

Venzi punya harapan bahwa mungkin Lenza bisa mengembangkan perasaan pada dirinya setelah menikah dengannya, Venzi akan menunggu dan melihat perubahan itu suatu hari nanti.

Lalu Venzi berbicara dengan Lenza lagi saat dia bangkit dari singgasana.

“Ayo ikuti aku dan aku akan memandumu ke kamarmu.” ucap nya dingin.

Lenza hanya mengangguk sambil mengikutinya keluar dari ruang singgasana. Saat berjalan menyusuri lorong istana, Lenza melihat banyak barang mewah dan anggun, lukisan kerajaan berukuran besar tergantung di dinding. dan Lenza terus berjalan mengikuti Duke.

Venzi terus membimbingnya ke kamarnya dan menunjukkan kemewahan dan keanggunan istananya saat mereka berdua berjalan.

Lenza juga bisa melihat banyak perabot antik dan lukisan bangsawan dan penguasa kuno. Kekayaan dari nenek moyang Duke Venzi sangat terasa dan terlihat melalui seni dekorasi yang anggun dan penuh gaya tersebut.

Duke yang arogan masih membimbingnya sampai mereka mencapai gerbang besar di lorong. Dia berbicara dengannya lagi.

“Kami telah sampai di kamarmu.” ucap Venzi menunjuk sebuah kamar mewah dan besar.

Lalu Lenza mengangguk dan membuka pintu kamar tersebut. betapa terkejut nya saat membuka kamar ternyata ruangan itu sangat besar untuk dirinya yang kecil lalu Lenza masuk ke dalam sambil melihat sekeliling ruangan.

Ruangan itu cukup besar dan mewah dengan banyak perabot berbeda dan tempat tidur antik di tengahnya. Lenza hampir bisa membayangkan dirinya menjadi ratu negara yang sebenarnya dengan banyaknya kemewahan yang diberikan di kamarnya.

Jelas bahwa Lenza akan dimanjakan sebagai istri Sang Duke karena dia mendapatkan semua yang dia inginkan dan perlakuan terbaik di istananya.

Duke yang arogan masuk ke dalam ruangan setelah dia menyuruh Lenza masuk dan berbicara lagi padanya.

"Ini dia. Ini akan menjadi kamarmu.” ucap Venzi dengan wajah datar.

“Hmm, terima kasih, dan kamu boleh tinggalkan aku” ucap Lenza acuh tak acuh sambil duduk di tepi tempat tidur, sikap Lenza masih dingin terhadap Duke Venzi.

Kini Venzi semakin kesal dengan sikapnya dan kelakuan Lenza terhadapnya.

Namun, Venzi tidak membiarkan hal itu mempengaruhinya, Venzi masih berusaha menyembunyikan kejengkelan dan kemarahannya. Dia harus tetap sombong dan dominan di hadapan Lenza secara langsung.

Dia berbicara padanya dengan wajah puas diri.

“Baiklah. Tapi ingatlah bahwa kita akan menikah besok pagi dan di mata publik dan masyarakat, kamu akan tetap menjadi istriku.” ucap Venzi dengan tegas dan mengingatkan.

Lenza mengangguk sambil terus duduk di tempat tidur dan mencoba tetap tenang.

Tak lama Venzi keluar kamar dan menutup pintu kamar dengan rapat. 

Lenza pun mulai kepikiran bagaimana pernikahan nya besok?. segera Lenza berbaring di kasur dan memejamkan mata meskipun perasaan nya tidak tenang dan gelisah. Malam itu semakin larut tubuh Lenza di sinari oleh bulan yg memasuki dari jendela. istana itu tenang dan damai.

Nextt partt??..

Postingan populer dari blog ini

perbincangan seorang "remaja"